foto ; google |
PEKANBARU, RIAUGREEN.COM -
Di bagian Eropa, Afrika dan Asia Selatan sejumlah catatan cuaca bulanan
meningkat bahkan dengan sepuluh faktor. Delapan puluh persen catatan
bulanan yang diamati tidak akan terjadi tanpa pengaruh manusia terhadap
iklim. Beberapa dekade terakhir, bumi telah memecahkan rekor gelombang
panas di berbagai belahan dunia.
Gelombang
terpanas sejak pengukuran yang memadai dimulai pada abad ke-19, di sini
menunjukkan bahwa di seluruh dunia jumlah wilayah lokal telah
memecahkan rekor suhu ekstrem bulanan dengan nilai rata-rata lima kali
lebih besar daripada iklim yang diharapkan tanpa pemanasan jangka
panjang. Hasil riset ini dipublikasikan secara resmi pada Jurnal
Climatic Change, edisi Januari 2013.
Diiwilayah Riau sendiri, tiap daerah dan kabupaten mengealami hal yang
sama dengan tingkat panas yang begitu tinggi, Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru memprakirakan
sebagian besar wilayah Provinsi Riau dilanda panas berlebihan atau
ekstrem dengan temperatur mencapai 35 derajat Celsius.
"Hal itu
disebabkan matahari yang terus bergerak mendekati ekuator atau garis
katulistiwa," kata Analis BMKG Pekanbaru, Slamet Riyadi, kepada ANTARA
di Pekanbaru, Minggu.
Peristiwa ini menurut dia, telah terjadi
sejak beberapa hari terakhir dan diprakirakan akan terus bertahan hingga
pekan ketiga pada Maret 2013.
Suhu udara pada siang hari
menurut dia bakal diatas rata-rata, jika biasanya berkisar antara 32
hingga 34 derajat Celsius, maka bia mencapai 35 derajat Celsius atau
bahkan lebih.
"Fenomena matahari yang bergerak mendekati ekuator merupakan fenomena yang memang bisa terjadi setiap tahunnya," kata dia.
Slamet menjelaskan, suhu udara dengan panas yang berlebihan juga sesekali berdampak pada terjadinya hujan pada malam hari.
"Namun intensitasnya masih ringan dan tidak merata. Kondisi demikian akan bertahan hingga beberapa pekan kedepan," katanya.
Untuk prakiraan secara umum, demikian Slamet, hari ini hingga dua hari
kedepan cuaca di seluruh wilayah kabupaten dan kota se Riau bakal cerah
hingga berawan.
Potensi hujan menurut dia tetap ada, namun cenderung mengarah pada wilayah Riau bagian selatan dan intensitasnya ringan.
Dengan minimnya curah hujan ini, kata dia, BMKG mengimbau masyarakat
untuk tidak melakukan upaya pembakaran lahan atau hutan untuk
kepentingan perluasan lahan perkebunan atau lainnya.
"Karena pembakaran lahan yang dilakukan bakal menambah panasnya suhu udara di daerah sekitar," katanya.
Dia menjelaskan, suhu udara yang begitu panas sejak dua hari terakhir bahkan menyebabkan pesatnya pertumbuhan titik panas.
BMKG mencatat sejak dua hari terakhir Pulau Sumatra tengah dikepung
kemunculan sebanyak 271 titik panas (hotspot) yang tersebar di hampir
seluruh provinsi termasuk Riau.
Sumber: http://www.riaugreen.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar