Catatan zaman jurasik bercerita tentang bahaya pemanasan global dan
perubahan iklim terhadap ekosistem kelautan. Cerita ini terungkap dari hasil penelitian Plymouth University yang diterbitkan Senin (18/2).
Risiko pemanasan global bagi kelangsungan ekosistem kelautan ini
diperoleh dengan menganalisis data fosil yang telah berusia 180 juta
tahun yang berguna untuk memrediksi dampak perubahan iklim pada abad
mendatang.
Menggunakan ilmu geologi dan palaentologi, tim peneliti menyimpulkan,
kenaikan suhu air laut memengaruhi kandungan oksigen dalam air yang
memicu perubahan drastis pada komunitas di laut. Perubahan drastis
tersebut terlacak pada jejak-jejak kelautan era jurasik yang pulih dari
efek pemanasan global dan perubahan iklim.
Profesor Richard Twitchett, dari Jurusan Geografi, Bumi dan Ilmu
Lingkungan di Plymouth University menyatakan: “Penelitian kami atas
fosil ekosistem laut menunjukkan, perubahan iklim yang sangat parah
dalam waktu yang panjang akan menyebabkan musnahnya kehidupan di laut
dan menimbulkan dampak yang tak bisa dipulihkan lagi pada masa datang.”
Hasil penelitian yang dibiayai oleh Natural Environment Research
Council ini sudah diterbitkan bulan ini dalam jurnal ilmiah PLOS ONE.
Profesor Twitchett bersama rekannya dari Plymouth University, Dr
Silvia Danise dan Dr Marie-Emilie Clemence, memelajari sedimentasi
bebatuan di laut dan unsur-unsur fosil yang terkandung di dalamnya.
Mereka berhasil mengungkap kondisi lingkungan di dasar laut mulai saat
lapisan bebatuan tersebut terbentuk.
Tim peneliti, bekerja sama dengan Dr Crispin Little dari University
of Leeds, lalu menganalisis data ekologis dikaitkan dengan data
perubahan temperatur, kenaikan air laut dan konsentrasi oksigen yang
telah tersedia.
“Dalam laboratorium kami memisah-misahkan sampel dan mengidentifikasi
semua fosil yang ada. Kami lalu menganalisisnya sesuai kondisi
lingkungan saat ini,” tutur Dr Danise. Tim peneliti juga menganalisis
proses ekologis pembentukan lapisan dan perubahan di dasar laut dari
waktu ke waktu.
Hasilnya, para peneliti menemukan “zona mati” (dead zone) di lapisan
bebatuan yang mereka teliti. Dalam lapisan zona mati ini tidak ditemukan
tanda-tanda kehidupan dan fosil. Setelah lapisan zona mati ini, para
peneliti menemukan lapisan bebatuan yang mengandung kehidupan baru
dengan jenis spesies yang berbeda.
Menurut para peneliti, pola perubahan pada masa jurasik ini hampir
sama dengan pola perubahan yang terjadi pada pada masa modern. Saat
pemanasan global terjadi, suhu dan permukaan air laut akan meningkat.
Kondisi ini merusak ekosistem laut dan menurunankan kandungan oksigen
dalam laut. Hal inilah yang memicu kepunahan ekosistem di laut sebelum
akhirnya suhu bumi kembali turun dan ekosistem baru kembali muncul.
Sumber: Redaksi Hijauku.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar