Pemanasan global memiliki dampak lebih cepat pada ekosistem di kawasan
laut kutub utara dibanding perkiraan sebelumnya. Ganggang es tenggelam
hingga ke dasar laut dan mengubah jaringan makanan di sana.
Pada bagian bawah lapisan es di Kutub Utara tumbuh ganggang dalam jumlah
besar. Ganggang es ini memainkan peran penting sebagai sumber bahan
makanan dan oksigen pada ekosistem.
Tapi apa yang akan terjadi, jika es mencair dengan laju yang makin cepat
dan dalam volume yang terus bertambah akibat perubahan iklim? Ini
ditelusuri oleh tim peneliti Helmholtz-Max-Planck yang dipimpin Antje
Boetius. Pertengahan tahun lalu, kelompok tersebut melakukan ekspedisi
penelitian selama dua bulan dengan kapal peneliti "Polarstern" milik
lembaga peneliti kutub Institut Alfred Wegener (AWI).
Permadani Hijau di Kedalaman
Dengan bantuan alat penelitian terkini, secara mengejutkan tim
menemukan, proses pencairan es di permukaan memiliki efek hingga ke
kedalaman 400 meter.
"Kami mengamati dasar laut dalam dan memastikan, bahwa ganggang yang
membentuk jaringan serupa permadani di bawah lapisan es, sebagian besar
berasal dari lelehan es yang tenggelam ke laut dalam", kata Boetius
kepada DW. "Gumpalan ganggang, dengan diameter hingga 50 sentimeter,
menutupi hingga 10 persen dasar laut."
"Kami berada di wilayah Kutub Utara yang sangat luas dan memastikan
proses pencairan es terjadi dimana-mana. Kami memastikan hanya sedikit
hewan di Samudra Arktik yang bisa memanfaatkan ganggang ini sebagai
bahan makanan.
Ganggang itu sebagian besar berada di dasar laut dan bakteri mulai
menguraikannya. Untuk proses ini, bakter memerlukan banyak oksigen",
jelas Boetius. Banyak areal kecil di dasar laut yang digolongkan tidak
lagi mendapat pasokan oksigen.
Perubahan kondisi
Para ilmuwan menduga, dalam kondisi aktual ganggang es tumbuh dengan
cepat. Penyebabnya, lapisan es yang lebih tipis memungkinkan lebih
banyak cahaya tembus. Lapisan es di kawasan lautan kutub utara yang
makin tipis dan hangat, mengakibatkan es makin cepat meleleh dan
ganggang terlepas lebih cepat dari es lalu tenggelam.
"Untuk pertama kalinya kami bisa menunjukkan bahwa pemanasan di kawasan
Kutub Utara dan perubahan fisik yang terkait dengan itu, menimbulkan
reaksi lebih cepat di seluruh ekosistem hingga ke kedalaman laut", ujar
Boetius.
Para pakar belum tahu, apakah ini hanya fenomena sekali saja, atau
apakah ini adalah "Kutub Utara baru di masa mendatang", kata Boetius.
Untuk mengetahuinya, data harus terus dikumpulkan selama beberapa tahun
mendatang.
"Mungkin Samudra Arktik akan menjadi lautan yang sama sekali berbeda
dalam lima tahun ke depan. Berdasarkan pengamatan kami, ini mungkin
terjadi."
Bagi ahli kelautan Boetius, hasil penelitian harus memiliki konsekuensi
jelas bagi politik dan masyarakat. Jika pemanasan global bisa mengubah
sistem keseluruhan lautan sedemikian cepat, maka harus ada reaksi yang
lebih cepat juga "agar perubahan iklim bisa terkendali."
Sumber: Berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar