VANCOUVER, KOMPAS.com - Kegagalan untuk mengontrol
emisi gas rumah kaca berpotensi menimbulkan dampak pada ekosistem laut
yang lebih buruk dari perkiraan. Para peneliti menyatakan, pemanasan
global akibat emisi gas rumah kaca berpeluang memperkecil ukuran ikan.
Pernyataan
tersebut didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan dengan
melakukan pemodelan reaksi ikan terhadap rendahnya level oksigen di
laut. Meningkatnya suhu air laut menyebabkan oksigen terlarut menurun.
Para peneliti menggunakan data Panel Ahli Antarpemerintah tentang
Perubahan Iklim (IPCC) untuk pemodelan.
Berdasarkan pemodelan
dampak meningkatnya temperatur air laut pada 600 spesies ikan antara
tahun 2001 hingga 2050, diketahui bahwa dengan peningkatan suhu, ukuran
ikan laut bisa berkurang antara 14 - 24 persen dari ukuran semula.
Dr
William Cheung dari University of British Columbia yang melakukan
penelitian mengatakan, "Kenaikan temperatur akan meningkatkan kecepatan
metabolisme ikan. Ini memicu peningkatan permintaan oksigen untuk
aktivitas normal. Dengan demikian, ikan akan kehilangan oksigen untuk
tumbuh saat ukuran kecil."
Penelitian juga menyimpulkan
pergerakan ikan akibat pemanasan global. Menurut hasil riset itu, ikan
akan bergerak menuju ke kutub dengan kecepatan 36 kilometer per dekade
sebagai dampak dari meningkatnya suhu air laut.
Dr Alan Baudron
dari University of Aberdeen di inggris yang tak terlibat penelitian
mengatakan bahwa pengecilan ukuran ikan bisa berdampak negatif di dunia
perikanan maupun kelangsungan hidup masing-masing spesies ikan itu
sendiri.
"Individu yang lebih kecil memproduksi telur yang lebih
sedikit dan lebih kecil. Ini akan berdampak pada potensi reproduksi ikan
dan dapat mengurangi ketahanannya pada faktor lain seperti tekanan
perikanan dan polusi," kata Baudron seperti dikutip BBC, Minggu
(30/9/2012).
Ke depan, perlu diselidiki respon biologis tubuh
terhadap peningkatan suhu. hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal
Nature Climate Change.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar