Selasa, 19 Februari 2013
5 Tanda Ekstrim Akibat Pemanasan Global
[UNIKNYA.COM]: Kerusakan alam yang terjadi saat ini, baik dalam skala Nasional maupun Internasional, sudah mencapai tahap serius dan mengancam seluruh penduduk dunia. Banyak faktor yang menyebabkan ketidakseimbangnya alam akibat ulah manusia, cuaca, degradasi lahan dan lain-lain. Meningkatnya suhu permukaan bumi, lautan dan atmosfir, juga sebagai penyebab kemunculannya hal yang ‘ekstrim’ dari peristiwa alam itu sendiri. Terutama kerusakan alam akibat pembakaran bahan bakar fosil (batu bara, minyak bumi, dan gas alam) yang melepaskan gas CO2 dan gas-gas lainnya yang juga disebut gas rumah kaca ke atmosfir bumi. Kerusakan bumi saat ini telah menganggu ekosistem hewan dan tumbuhan, juga masih banyak lagi tanda-tanda ganjil muncul akibat pemanasan global.
Berikut uniknya.com menghimpun tanda-tanda ekstrim akibat pemanasan global.
1. Gerakan Global Dari Kelompok Tanaman dan Hewan
Sebuah studi terbaru mengungkapkan, hampir dari 2.000 spesies tanaman dan hewan akan mulai menemukan gerakan massal menuju kutub pada tingkat rata-rata 3,8 mil (61 km) per dekade. Para peneliti juga memprediksi bahwa beberapa spesies tanaman dan hewan di daerah pegunungan alpen, akan bergerak secara vertikal pada tingkat 20 kaki (6,1 meter) per dekade pada paruh kedua abad ke-20.
2. Emisi Metana Dari Hewan
Emisi metana berperan lebih besar dalam pemanasan global. Tepatnya tingkat bahaya berada di bawah karbondioksida (CO2). Dan bila bahan organik dipecah oleh bakteri di bawah oksigen (dekomposisi anaerobik) metana akan terproduksi. Proses tersebut terjadi dalam usus hewan herbivora. Oleh sebab meningkatnya jumlah produksi ternak terkosentrasi, maka tingkat metana dilepaskan ke atmosfir akan semakin meningkat.
3. Air Mencoklat
Suhu panas diperkirakan akan menyebabkan bahan organik di bawah air danau akan lebih berwarna, mengubahnya menjadi air berwarna kecoklatan. Karena sinar matahari otomatis terhalang, maka tanaman di dasar danau akan lebih sulit untuk bertahan hidup. Dan itu berarti spesies hewan pemakan tanaman akan berkurang secara signifikan. Jika semua itu terjadi, seluruh ekosistem akan mulai menghilang.
4. Serangan Malaria
Sebuah laporan WHO tahun 2000 di Afrika, menemukan bahwa pemanasan global adalah penyebab penyebaran nyamuk malaria dari tiga kabupaten di Kenya barat selama 13 tahun, dan menyebabkan wabah penyakit di wilayah Rwanda dan Tanzania. Sedangkan di Eropa Barat, WHO juga memperingatkan suhu hangat akan membawa pengaruh penyebaran nyamuk malaria di wiliyah iklim bagian utara, yang dapat menyebabkan lonjakan malaria di luar daerah tropis ( Eropa). Serta di Amerika Selatan, berkat pemanasan global, wabah malaria pun telah menyebar ke ketinggian yang lebih tinggi. Seperti di daerah pegunungan Andes Kolombia dengan ketinggian 7.000 kaki (2.100 m) di atas permukaan laut. Dan pada september 2006 di Moskow, Rusia, ditemukan larva nyamuk Anopheles pembawa malaria untuk pertama kalinya.
5. Kemungkinan 2.000 Pulau di Indonesia Akan Lenyap
Sebagai konsekuensi dari pertambangan yang berlebihan dan berbagai kegiatan yang merusak lingkungan. Setidaknya ada 2.000 pulau kecil di seluruh kepulauan Indonesia akan lenyap pada tahun 2030. Dan Kini Indonesia tercatat telah kehilangan 24 dari 17.500 pulau.
Sumber : theworldgeography.com, uniknya.com, Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar